Lima Hari Jalan-Jalan ke Sumba

Kalau ditanya wishlist jalan-jalan gw yang belum kesampaian sampai saat ini adalah ke Aceh walau sebenarnya tahun lalu sempat mau kesana tapi apa daya kondisi badan ngedrop sampai kerja aja keteteran. Akhirnya gw harus merelakan depe yang udah gw bayar hangus #sedih. Biar bagaimanapun kesehatan adalah no satu, jalan jalan masih bisa nanti nanti lagi.

Gagal di tahun 2017, gw berencana untuk membalas kegagalan gw di awal tahun 2018 ini. Lalu negera api menyerang, tanpa diduga tanpa dinyana ada satu tujuan wisata yang tetiba pengen gw datengi gara gara gw lagi stalking di instagram dan nemu satu daerah yang masih samar-samar kita dengar tapi beberapa kali muncul di scene film film nasional. Yah Sumba.

Dilihat dari segi budget, Sumba hampir sama dengan Aceh tapi Sumba kali ini begitu memikat dengan berbagai pesona alamnya yang luar biasa cantik. Oke Aceh gw berpaling dulu, nanti suatu waktu gw pasti kesana. Tosss.

Btw Sumba berbeda dengan Sumbawa ya gaes. Pokoknya beda pulau, beda provinsi. Sumbawa masuk Nusa Tenggara Barat sedangkan Sumba masuk Nusa Tenggara Timur.

Screenshot_2018-03-22-22-51-51_com.google.android.apps.maps.png

Rencana awal, gw mau kesana berlima dengan 4 orang temen gw tapi mendekati hari H ada kerjaan yang ga bisa ditinggalin oleh dua dari mereka jadinya hanya bertiga saja lah kami kesana. Show must go on dude. *acak acak celengan receh*

Wisata Sumba tidak memberi banyak pilihan untuk kita memilih jenis transportasi atau pilihan mau ngetrip dengan cara kita sendiri atau ngikut tour. Kita gabung tour yang pesertanya hanya kita doang, iya ini namanya sama aja denga privat tour gara gara ga ada peserta lain yang gabung. Di awal sih kata EO nya ada peserta lain yang gabung eh H-1 bilang ga ada kan kampes tuh EO.

Selamat Datang di Tambolaka, Waikabubak

Sebelum cerita panjang lebar ngalor ngidul, gw ngenalin dulu partner gw ke Sumba. Teman teman keluarkan pesona kalian…  Mereka adalah…jeng jeng jeng

Di pantai Bhwanna (pantai Karang Bolong) -Mas Hendra-Mel-Gw

Waktu berangkat dari Soetta, kami bertiga terpisah terminal karena gw sama mas Hendra naik pesawat yang sama sedangkan Mel naik pesawat sejam lebih awal di teminal sebelah. Barulah di Denpasar kami bertemu karena pesawat lanjutannya sama. Perjalanan Jakarta-Denpasar sih rasanya biasa saja karena gw ngantuk dan ketiduran, nah pesawat lanjutannya ini yang bikin gw keringat dingin karena baru pertama kali gw naik pesawat kecil. Kalau cuaca sedang bagus mungkin gw ga akan keringat dingin, masalahnya cuaca sedang gerimis dan pesawat bahkan sempat delay setengah jam. Duh duh… gw boleh balik aja ga nih?

Selama perjalanan itu, beberapa kali ge refleks pegangan ke kursi karena goncangannya emang bikin gw langsung jiper dan komat kamit baca doa yang gw bisa.

Sampai di bandara Tambolaka, Sumba Barat pun masih dalam keadaan hujan gerimis. Gw harap harap cemas kalau cuaca gerimis ini akan menyambut kami selama 5 hari disini. Semoga saja tidak.

IMG_20180214_124520_HDR.jpg

Sampai di Bandara Tambolaka, Sumba Barat, Sumba

Di bandara guide kami- bang Samad- telah menunggu, dia menyambut kami dan mengantar kami ke hotel.

Tak lama kami singgah di hotel, bang Samad mengantar kami ke spot pertama yaitu pantai Kita. Bisa dibilang waktu kami kesana, pantai ini beneran pantai milik kita karena hanya kami yang ada disitu waktu itu, mungkin karena ini hari kerja jadi kami serasa menikmati pantai milik pribadi.

Awal awal kami, atau tepatnya gw dan Mel sangat excited dipantai ini tapi lama lama mati gaya juga mungkin karena ga ada pedagang minuman kali ya secara pantainya panas dan berangin cukup kencang.

“I am free” versi gw

“I am free” versi Mel

Bang Samad lantas membawa kami ke spot berikutnya, kali ini kami ke perbukitan lebih tepatnya Bukit Lendongara, katanya sih bukit ini tempat syuting salah satu film -yang gw lupa film apa yang disebutkan guidenya-. Eh bentar gw ingat ingat dulu, oiya Pendekar Tongkat Emas, pada tahu kan filmnya ? tahu kan? Kagak ya? Toss lah kita.

Oke kita kesampingkan masalah film, kembali ke Bukit Lendongara. Kalau kita pernah lihat buktinya teletubbies, nah kayak bukti teletubbies lah bukti ini dan gw jadi teletubbiesnya. Lagi lagi cuaca tak bersahabat bentar bentar hujan…reda…hujan lagi.

Liburan bebas ala gw, gegoleran dijalanan #alay

Coba lagi cerah mungkin lebih wokey dokey

Bukan lagi mau nebeng, tapi mau bilang…bagusssss 🙂

Karena hujan agak lama kami pun balik ke hotel. Di sepanjang perjalanan ternyata banyak warga yang menjajakan Srikaya dengan cara naruh di pinggir jalan. Kita mampir ke salah satu lapak warga dan nyobain Srikaya ala Sumba dan ternyata sebelas dua belas dengan Srikaya di Jawa hahahaha.

Tadi kami berencana mau eksplor Waikabubak waktu malam eh tahunya sepi sesepinya yaudah akhirnya kami minta guide nganterin nyari makan terus balik tidur ke hotel.

Bersambung ke bagian selanjutnya…

Iklan

Nge-Pahawang Bareng EnterTraveller

Sore ini tiba tiba gerimis tapi tidak terlalu deras hanya sedikit mengganggu perjalanan orang orang yang pada bailk kerja. Aku pun demikian, masih di kantor karena nunggu temenku, Reni, sekalian nunggu gerimis ini berlalu. Niatnya kami bergabung dengan open trip dari EnterTraveller menuju Pahawang.

Menuju jam yang telah ditentukan kami pergi ke Kalibata City untuk bertemu orang yang menjemput kami. Tak berapa orang yang jemput kami pun datang dan mobil segera meluncur ke arah depok untuk menjemput peserta lainnya.

Aku sedikit kawatir mengingat sepanjang jalan menuju Depok macet parah, apakah nanti bisa sampai Merak tepat waktu. Setelah semua peserta terkumpul, mobil langsung meluncur dan aku pun tertidur.

Rasanya baru merem bentar, tapi kamu sudah dibangunin dan ternyata kami sudah sampai Merak. Cepet juga ya hanya sekitar dua jam saja.

Di pelabuhan Merak ternyata sudah banyak peserta open trip dengan berbagai tujuan dan organiser yang beda beda. Kami menunggu sampai peserta yang menuju Pahawang terkumpul karena memang pada dasarnya meeting pointnya disini. Sekitar jam 24.00 kami pun naik ke kapal ferri yang membawa kami ke Bakaheuni di Lampung.

Kami dapat tempat di ruang VIP yang ada AC dan dapat lebih nyaman untuk tidur tapi entah mengapa aku tak juga terlelap meski mataku terpejam. Pagi pun datang, kami turun dari kapal dan berganti dengan mobil elf untuk menuju Pahawang. Perjalanan sekitar dua jam untuk menuju kesana. Sebelum menyeberang kami sarapan dulu dengan nasi uduk.

Setelah semua berganti baju untuk bersiap snorkling, kapal pun berangkat menuju beberapa spot snorkling seperti pulau Pahawang Kecil. Bisa dibilang Pahawang ini memang cantik pemandangan bawah airnya. Selain itu ombaknya pun sangat tenang jadi bagiku yang tak bisa renang pun masih bisa menikmati dengan tenang.

Setelah cukup bersnorkling kami menuju Pulau Pahawang Kecil untuk makan siang sekaligus foto foto karena pantainya memang ciamik. Setelah itu dilanjut snorkling lagi di dua spot dan sorenya menuju ke pula Pahawang Besar untuk menginap disana. Tidak ada aktifitas khusus selama bermalam disana karena memang tak ada acara malam. Selain itu juga tak ada semacam kafe atau sebangsanya hanya ada warung kopi saja.

Di hari kedua, ada snorkling lagi di satu spot dan lanjut menuju sebuah pulau kecil yang cantik (aku lupa namanya).

Setelah itu kami balik ke tempat penyeberangan dan naik elf lagi menuju pelabuhan untuk kembali ke Jakarta.

Pahawang, aku padamulah pokoknya )

 

Padang : Pantai Air Manis, Teluk Bayur dan Saya

Sebelumnya…

Singkat cerita, setelah puas nonton balapan kuda saya balik ke Padang naik traneks. Perjalanannya kurang lebih hampir 3 jam. Traneksnya berhenti terakhir di suatu tempat. Entah dimana. Saya kurang excited sebenarnya dengan Padang. Palingan kota tipe pesisir seperti Makassar. Ramai dan panas.

Beberapa ojek menawarkan jasa nganterin saya. Setelah tawar menawar sebentar kami sepakat sampai jalan Ahmad Yani dengan ongkos Rp15.000. Uniknya begitu sampai di tempat yang saya maksud saya kasih Rp20.000 dan karena bapak ojek ga punya kembalian, saya minta ambil aja kembaliannya. Si bapaknya ga mau. Saya tertegun dan bersyukur. Hemat wakakaka.

Baca lebih lanjut