Weekend Escape : Mengunjungi Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Bogor

Di suatu weekend yang random, terbersit dipikiranku untuk sekedar jalan ke Bogor. Kok Bogor lagi, Bogor lagi Cup?mau bagimana lagi bagi warga Jakarta baik asli atau kawe kayak aku untuk mencari udara yang lebih enakan, lebih seger dan lebih sehat karena mungkin kadar oksigennya lebih tinggi ke Bogor merupalan pilihan pilihan paling mudah dan murah. Pokoknya weekend ini aku pengen bepergian ga masalah kemana yang penting ga cuma ngliatin langit-langit kosan

*halah

Lalu aku pun teringat, sebuah keinginan lama yang sempet pengen kudatangi yaitu pura di Bogor. Ga salah ada pura di Bogor? Ga kok emang benaran ada bahkan pura ini dikenal sebagai pura terbesar kedua di Indonesia. Yang terbesar seIndonesia tentulah Besakih yang ada di Bali itu ya secara memang pemeluk agama Hindu mayoritas ada di sana.

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta yang artinya alam dewata suci sempurna (sumber :wikipedia) adalah nama pura ini. Dari namanya yang terdengar megah dan “kraton” banget inilah yang membuatku penasaran pengen lihat.

Jadi kok bisa ada pura disitu?

Mari ingat pelajaran sejarah sejenak. Konon di Jawa Barat pernah ada kerajaan Pajajaran yang pernah dipimpin oleh prabu Siliwangi. Nah prabu Siliwangi inilah yang dianggap sebagai cikal bakal banyaknya pemeluk agama Hindu di sekitar Bogor. Kemudian masyarakat Hindu Nusantara berinisiatif mendirikan pura ini sebagai bentuk penghormatan pada prabu siliwangi serta tentu untuk ibadah (wikipedia).

Sama halnya dengan di sekitar Magelang dimana candi kebanyakan berada di tempat tinggi/ pegunungan, begitu pula dengan pura ini yang terletak di kaki gunung Salak. Itulah mengapa banyak pengunjung tertarik untuk sekedar mampir lihat-lihat kecuali bagi yang memang akan ibadah.

Bagaimana cara kesana?

Dari stasiun Bogor jalan keluar, jalan ke arah jembatan belok ke kiri lalu naik angkot warna hijau no 2 ke arah Bogor Trade Mall (BTM) yang terletak di sebelah Kebun Raya Bogor. Nah dari sini naik angkot yang menuju jalan turun ke arah barat tepat di samping BTM jurusan Ciapus.

Perjalanan kira-kira 45 menit turun di pertigaan plang tulisan menuju pura. Nah dari sini bisa jalan kaki atau juga bisa ngojek, jarak sampai ke pura sekitar 1 km. Kalau ngojek cukup dengan Rp10.000 aja sampai di depan pura.

img_20170102_110850

Suasana st.Bogor yang padat saat weekend

Memasuki depan pura kita akan melihat gapura/gerbang pura yang berdiri dengan kokoh. Bagi pengunjung yang bukan mau ibadah akan dikasih tali untuk diikat di perut sebagai penanda kalau bukan mau ibadah.

Tapi sebagian yang kulihat ga disuruh gitu, mungkin penjaga lelah apalagi mesti memperingatkan para pengunjung agar tidak memasuki pura. Iya memang bagi pengunjung non-ibadah hanya bisa masuk sampai gerbang depan selebihnya hanya bisa lihat dari jauh.

Maklum, sejatinya tempat ini bukan tempat wisata melainkan tempat ibadah jadi kita sebagai pengunjung wajib menghormati mereka dengan tidak membuat keributan dan tidak memaksa masuk ke dalam buat foto, toh sudah bagus kita diijinkan lihat-lihat di depan.

Setelah rasa penasaranku terpenuhi, aku pun segera beranjak meninggalkan tempat itu. Kali ini aku ga mau ngojek, kayaknya lebih enak jalan buat sekedar lihat-lihat pemandangan gunung Salak. Sebelum meninggalkan pura, kita bisa ngasih uang sumbangan seiklasnya pada penjaga tadi dengan langsung naruh di tempat yang telah disediakan

Rupanya naik angkot menuju Bogor tak semulus berangkatnya. Jalanan macet karena habis hujan sehingga perjalanan menjadi lebih lama. Sebelum kembali ke stasiun, kusempatin makan docang di sekitar Jembatan Merah. Lalu aku pun kembali menuju rumah.

Iklan