Sumba Hari Kedua : pantai Bhwana, Kampung Adat Rotenggano, pantai Mandorak, danau Weekuri

Pagi pagi di hari Kamis kami yang manis manis sudah siap mau kondangan eh malah gerimis padahal kami sudah semangat 45 mau eksplor sana sini situ. Untuk mengisi tenaga, kami sarapan dulu di kafetaria hotel. Dari menu yang spesial mungkin nasinya karena ada campuran jagung. Nih gw tunjukin sarapannya.

Sarapan dengan kearifan lokal- nasinya campur jagung

Setelah tenaga terisi kami pun berangkat menuju tujuan pertama. Pantai Bhwana. Lokasinya cukup jauh sekitar satu setangah jam dari tempat kami menginap. Di kanan kiri jalan yang kami lewati banyak rumah adat orang Sumba dan juga perkebunan kacang mete (makanya oleh-oleh dari Sumba yang paling banyak tuh kacang mete).

Selain itu, bukan pemandangan yang aneh melihat babi dan anjing pada gegoleran di jalan, untungnya guide kita sudah paham betul medan yang akan kita lewati.

Sekitar 1 km terakhir sebelum ke lokasi, guide kami agak ragu ragu untuk lanjut jalan. Ternyata penyebabnya adalah dari lokasi kami berhenti sampai lokasi parkir mobil tanahnya adalah tanah rawa/tanah hitam yang kalau hujan biasanya bikin mobil selip. Nah kalau sampai kejebak disini bisa bisa menginaplah kita ditengah  hutan savana.

Tak lama kemudian muncullah segerombolan anak-anak guide lokal yang mengarahkan mobil sampai lokasi parkir. Yang harus diketahui masing masing anak bawa parang kayak parangnya Pattimura. Iyuh gimana kami ga begidik ngelihatnya.

Tapi tenang aja mereka baik kok, mereka pulalah yang menemani kami trekking sampai lokasi pantai Bhwana atau bisa disebut juga pantai Karang Bolong. Baru sempat foto foto bentar eh hujan, ombak makin gede sampai pinggir. Kami pun ngacir balik sambil kehujanan.

Trio kadal lagi liburan, kalau lagi pasang, air bisa sampai ke dinding pinggir pantai yang berwarna coklat kuning

Belakangan ketika kami mau meninggalkan lokasi anak anak tadi minta uang, yaudah karena ga tega kami kasih. Eh lalu guide kami bilang “harusnya kalau kayak gitu ga usah dikasih, la mereka sudah saya kasih buat rombongan kok, nanti jadi kebiasaan kepada para turis yang datang”. Ya gimana kami ga kasih, jiper kalau lihat parangnya haha.

Berpindah ke lokasi berikutnya kami menuju ke perkampungan adat Rotenggano yaitu perkampungan adat di Sumba Barat Daya. Ciri khas perkampungan disini adalah adanya makam berbentuk batu kotak yang lokasinya dekat dengan rumah. Bentuk rumahnya kayaknya mirip mirip konsepnya dengan rumah panggung di beberapa tempat di Indonesia.

Mungkin karena pada dasarnya kampung ini bukan tempat wisata jadi jangan berharap layaknya kita berkunjung ke tempat wisata. Baru datang aja, kami sudah disambut dengan anak anak kecil dan orang dewasa yang gigih menawarkan dagangan kepada kami, kemana kami melangkah kesitulah mereka ngintil terus. Pokoknya suasananya jadi ga nyaman, jadinya kami pun ga lama disini.

Gegoleran bentar karena rumput masih basah habis hujan

Bisa naik kuda warga yang disewakan

Kami sempat mampir ke salah satu pantai, entah apa namanya pantai apa untuk mampir makan siang yang udah dibawa oleh guide kami. Uniknya nih disini banyak kerbau gegoleran di pinggir pantai. Dan yang buat gw kaget, kata yang punya kerbau kerbau ini harganya puluhan juta nyampai di atas lima puluh juta seekornya.

Usut punya usut saat ngobrol sama orang Sumba di kemudian hari katanya emang budaya Sumba itu erat kaitannya dengan kerbau, mirip dengan orang Toraja. Bisa dibilang kerbau merupakan lambang sosial jadi ga heran kalau mahar kawinan juga butuh banyak modal berupa kerbau.

Kok ya bisa ada kerbau harganya puluhan juta

Perkenalkan pantai ini namanya pantai Mandorak, keren bukan. Sayangnya pantai ini sudah jadi pantai milik pribadi. Tidakkkk. Untuk kesini dari kampung Rotenggano tidak membutuhkan waktu lama.

Pantai ini bukan tipe pantai yang cocok untuk main air karena ombaknya besar dan konturnya terjal. Setelah itu kami sempat nyobain air kelapa dari anak anak yang pada nawarin ke pengunjung. Nah anak anak ini tuh pada ngambil sendiri dari pohonnya.

Pantai Mandorak – pantai bagus ini ada di kawasan yang udah jadi milik pribadi 😦

Kalau ada satu spot yang jadi favorit gw adalah danau Weekuri. Danau ini airnya ga terlalu dalam, bisa buat main air sepuasnya juga. Sebelum main air kami sempatin melihat sekeliling danau lewat jalan dari kayu yang sudah bagus.

Bagi yang mau menantang adrenalin, di danau ini ada tempat buat loncat dengan ketinggian sekitar 3 meter tetapi harus hati hati karena di bawahnya ada banyak bulu babi. Pengunjung lain yang nyobain loncat dari atas ada yang kena bulu babi ini, belum lagi ada ular laut.

Nah guide gw malah nyobain nangkap bulu babi itu, dibelah lalu dimakan dagingnya, uwuwuwuw…

Mas Hendra- bang Samad (guide)- gw

Main air di danau Weekuri

Kalau mau jalan mengelilingi danau Weekuri sudah ada tatakan jalan dari kayu

Kalau mau beli kain Sumba Barat, disekitar danau banyak pedagang yang menawarkan kain berbagai motif dengan berbagai harga, ada yang seratusan ribu tapi ada juga yang sampai ratusan ribu.

Kain Sumba Barat memang lebih murah harganya jika dibanding kain Sumba Timur karena bahan kain, pewarna dan motifnya berbeda. Kain Sumba Barat lebih simpel motifnya sedangkan kain Sumba Timur lebih bercorak dengan warna yang eye catching.

Kain Sumba Barat warnanya cerah dengan motif yang sederhana- mas Hendra lagi milih kain

Setelah puas main air di danau Weekuri dan beli beberapa kain, kami balik ke hotel.

Bersambung ke bagian selanjutnya…

Iklan