Padang : Pantai Air Manis, Teluk Bayur dan Saya

Sebelumnya…

Singkat cerita, setelah puas nonton balapan kuda saya balik ke Padang naik traneks. Perjalanannya kurang lebih hampir 3 jam. Traneksnya berhenti terakhir di suatu tempat. Entah dimana. Saya kurang excited sebenarnya dengan Padang. Palingan kota tipe pesisir seperti Makassar. Ramai dan panas.

Beberapa ojek menawarkan jasa nganterin saya. Setelah tawar menawar sebentar kami sepakat sampai jalan Ahmad Yani dengan ongkos Rp15.000. Uniknya begitu sampai di tempat yang saya maksud saya kasih Rp20.000 dan karena bapak ojek ga punya kembalian, saya minta ambil aja kembaliannya. Si bapaknya ga mau. Saya tertegun dan bersyukur. Hemat wakakaka.

Baca lebih lanjut

Iklan

Istana Pagaruyung dan Festival Balapan Kuda Batusangkar

Sebelumnya…

Bus melaju dengan kecepatan perlahan karena jalan menuju Batusangkar memang cenderung sempit sehingga tidak memungkinkan memacu kecepatan penuh. Sepanjang pemandangan di kanan dan kiri terlihat perbukitan dengan dominasi pohon pohon yang meranggas karena musim kemarau.

maaf kalau mau ke hotel Yoherma apa masih jauh” saya bertanya ke orang di sebelah saya.

“hmmm, saya ga tahu”

itu di dekat lampu merah nanti” mbak di depan saya menyahut.

Ternyata lampu merah yang dikatakan mbak itu merupakan satu satunya lampu merah yang dilewati sepanjang perjalanan dari Payakumbuh ke Batusangkar. Bus kebetulan juga berhenti terakhirnya di perempatan setelah lampu merah tersebut. Sebagaian penumpang langsung melanjutkan perjalanan dengan ojek. Saya mencoba mencari letak hotel Yoherma tapi tidak kelihatan juga. Dari seorang pemuda saya baru tahu kalau letak hotel itu agak kelewat sebelum lampu merah jadi mesti jalan balik arah. Baca lebih lanjut

Menikmati Pesona (Asap) Lembah Harau dan Kelok 9 Payakumbuh

Sebelumnya…

Rupanya pagi di Bukittinggi tidak ada ayam berkokok sama sekali. Entah emang karena Bukittinggi termasuk kota (?) atau memang ga ada warga yang miara ayam jantan. Entahlah.

Pagi sekitar pukul 8 saya check out dari hotel lantas ikut angkot merah yang lewat depan hotel menuju ke terminal Aur Kuning. Dalam perjalanan saya melihat Rumah Kelahiran Bung Hatta di pinggir jalan tapi seperti hari sebelumnya, entah kenapa saya malas mau mampir kesana. Sopir angkot menunjukkan ke saya dimana mesti menunggu angkutan traneks yang menuju ke Payakumbuh. Setelah menunggu beberapa waktu datanglah traneks yang ke Payakumbuh dan saya segera naik. Baca lebih lanjut