Salah satu bagian penting ketika pergi ke suatu tempat adalah bagaimana kita mencapai tempat itu? Apalagi jika hal ini berkaitan dengan saat kita jalan-jalan atau traveling. Momen momen mengesankan bisa jadi muncul dalam proses mencapai tempat tujuan tersebut. Baca lebih lanjut
Arsip Tag: Bus
Impian Pengguna Kendaraan Umum : Transportasi Singapura
“Aturan dibuat untuk dilanggar”. Keyakinan ini kayaknya banyak diyakini orang Indonesia. Saya? Mungkin sekitar 50% saya mengiyakan. Kenapa begitu? Bukan, saya ini kan golongan darah A lahir bulan Agustus (nyambung apa ga sih?).
Maksud saya, saya sih memang orang yang cenderung menyukai segala sesuatu yang teratur, terencana, dan sesuai dengan aturan. Makanya tidak jarang saya mengumpat ke orang dalam hati kalau ada yang buang sampah sembarangan atau merokok di tempat umum. Jadi kalau ada aturan yang semestinya dijalankan dong ya? *kurang baik apa saya ini.
Kebetulan minggu lalu saya jalan-jalan kilat ke 2 negara yaitu Malaysia dan Singapura yang sudah saya ceritakan sebelumnya disini. nah ketemulah 2 hal yang paling saya sukai ketika di Singapura.
Pertama, jalan kaki.
Iya jalan kaki. Bukan sok kebule-bulean atau gimana tapi memang dari dulu saya paling suka jalan kaki. Titik.
Saking sukanya jalan kaki saya bahkan tiap ke kampus juga jalan kaki walau teman –teman saya yang lain rata-rata pada bawa kendaraan bermotor.
Saat saya banyak kerjaan dulu sebelum saya balik kuliah lagi dan sudah merasa sumpek, jalan kaki merupakan salah satu cara saya melepas penat di kepala. Ada 2 keuntungan dengan jalan kaki yaitu sehat dan hemat. Bilang aja ga punya motor cup.
Dulu ketika masih training di Gambir, saya dan 2 kawan saya bahkan pernah lo jalan kaki dari Harmoni ke Tanah Abang. Ya ga jalan terus kayak orang lomba gerak jalan sih, mampir-mampir makan juga 😛
Tapi sesuka-sukanya saya jalan kaki tetap saja jalan saya belum ada apa-apanya dibanding orang sono. Mereka kalau jalan cepat banget. Udah gitu kalau di eskalator yang jalannya cepat masih juga lari-lari. Entahlah apa mungkin ada setan kereta disana?
Kedua, keteraturan.
Semua teori yang pernah saya dapat waktu SD tentang cara menyeberang jalan, tempat membuang sampah, dan menghormati orang yang lebih tua bisa saya lihat praktiknya disini. Orang menyeberang jalan menunggu lampu berwarna merah. Pengendara juga pengertian, walau tidak ada yang menyeberang tapi kalau merah ya berhenti. Ga ada cerita bablas karena ga ada polisi macam di tempat kita.
nih pagi jam 7 (sama kayak WITA) sepi gini ya maklum kalau di Jakarta masih jam 6
Para perokok merokok di dekat tempat-tempat semacam kotak sampah gitu. Ya ada sih satu dua yang saya temui merokok sembarangan juga. Pokoknya kami yang orang Indonesia ini pun jadi tertib.
Bagian paling saya suka sih kereta. Kalau sistem perkeretaapiannya sih hampir sama kayak di Indonesia. Pakai kartu buat tap tap gitu saja. Hampir semua kereta ada di bawah tanah jadinya ga ada cerita kereta terlambat karena pintu perlintasan kereta belum dibuka atau karena sekelilingnya ada pasar tumpah.
Jarak tempuh kereta dari 1 stasiun ke stasiun yang lain sebentar banget paling hanya 2 sampai 5 menit. Jarang saya melihat ketika di kereta ada orang berebut tempat duduk. Yaitu tadi karena waktu yang cepat jadi berdiri pun juga ga masalah. Ketinggalan kereta yang barusan juga masalah. Kereta berikutnya juga datang 5 menit kemudian. Saya jadi membayangkan seandainya commuter line bisa begitu.
Kalau pun kita mau ganti dari kereta ke bus cukup jalan kaki dan itu di dalam bangunan stasiun bawah tanah yang kalau jalan berikutnya kita nemu mall. Jadinya ga ada cerita mesti ngangkot kepanasan. Soalnya kemarin teman saya baru cerita mengeluh kalau dari Stasiun Palmerah ke Shelter Busway Slipi Petamburan itu mesti jalan kaki lalu ngangkot. “Semestinya dikasih hub penghubunglah” begitu katanya.
Oiya perkara tiket saya mau nanya dikit, kali aja ada yang tahu. Di negara kayak Singapura atau Jepang kita kan bisa beli tiket tempat wisata ketika masih di Indonesia, lha Indonesia gitu juga ga sih ya? Dufan gitu misalnya.
Intinya sih saya ingin bilang sebenarnya kita bisa kok kayak mereka. Coba aja pak Ahok bikin gebrakan di Jakarta biar diikuti daerah lain. Misal tahun 2015 ini fokus ke penegakan peraturan tentang merokok di tempat umum. Kenakan denda bagi pelanggar.
Tahun berikutnya, fokus di transportasi dan seterusnya.
Saya yakin ini hanya masalah niat dan konsistensi aja kok. Kalau ga ada penegakan hukum, istilah “Aturan dibuat untuk dilanggar” kayaknya sampai kita punya tujuh turunan dan kelokan juga akan tetap diyakini begitu adanya.
Antara SKB Cuti, Liburan dan Calo tiket
Masih inget saat hari jumat sore ada berita cuti bersama untuk hari senin? Wuih kesempatan langka ni buat kita-kita yang merantau ke Jakarta untuk bertemu dengan keluarga. Belum sampai di rumah sudah terbayang senangnya. Tapi siapa yang tahu untuk sampai rumah ini perlu perjuangan yang cukup berat untuk saya. Mengapa? Berikut ini saya ceritkan pengalaman bodoh bin atang yang membuat gedek kalau diingat.
Sudah jadi rahasia umum SKB para menteri yang datangnya terlambat membuat semua juga terjadi begitu saja tanpa rencana. Yang pasti tiket kereta sudah ludes padahal tempat domisili sekarang juga ga beberapa kilo dari stasiun. Akhirnya saya dan teman saya sebut saja bunga memutuskan pulang kampung dengan menggunakan bus secara dulu waktu kuliah saya termasuk bismania bukan bismania pencinta bis tapi hampir selalu menggunakan jasa bus bahkan sampai hapal mana bus yang harga dan fasilitasnya sesuai.
Sebelum cerita lebih jauh ada baiknya saya sebutkan dulu jenis bus yang menyediakan jasa Magelang-Jakarta.
Ada di urutan pertama adalah Ramayana; bus yang satu ini sudah jadi langgananku dari jaman tingkat satu selain busnya nyaman harga juga terjangkau dan relatif selalu tepat waktu.
Kedua Santoso;bus yang satu ini terkenal dengan sopirnya yang sangat aduhai lincah di tikungan bahkan saya sampai heran di daerah tikungan pun masih bisa ngebut sehingga cepat sampai. Bus ini sangat cocok bagi anda pecinta hal-hal ekstrim dan merasakan sensasi duduk di bagian depan dalam keadaan bus melaju cepat.
Ketiga Handoyo;kalau pernah denga pepatah Jawa “alon-alon waton kelakon’’ mungkin bus ini memakai falsafah ini. Selain jalannya relatif pelan harganya juga cukup miring. Sangat cocok untuk kantung mahasiswa.
Berikutnya ada Safari Darma Raya atau kadang disebut OBL. Bus yang satu ini saya kurang tahu karena baru sekali naik dan trauma gara-gara sampai tujuan jan 11 siang.
Belakangan saya juga mencoba bus Kramadjati;kalau bus yang satu ini memberikan layanan yang cukup lumayan dengan harga Cuma 115k sudah lengkap AC selimut dan makan.
Cukup dengan bus-busnya kalau penasaran silahkan dicoba.
Kembali ke laptop.
setelah memutuskan akan menggunakan jasa bus kami pun memutuskan menuju terminal Lebak Bulus dengan pertimbangan kami tidak terlalu mengenal kawasan Pulo Gadung dan Kalideres.
Pertama kami menuju halte bus harmoni untuk menuju Lebak Bulus dan satu hal yang pasti ditemui antri yang panjang dan sangat lama. Hampir sejam kami menunggu busway datang. Setelah busway datang,kami pun bergegas naik tapi tetap saja mesti berdiri selama perjalanan selama dua jam.
Tantangan pertama kami lewati. Sampai di LB kami disambut calo-calo yang memang sejak dulu sudah sering kami temui.Untuk melewati mereka si sudah hapal tinggal bilang mau ke Bogor atau Depok heheheh jangan bilang-bilang ya. Tapi ternyata tetap saja tidak mudah mendpatkan tiket bus yang dadakan karena tiket-tiket bus seperti yang saya sebutkan di atas sudah habis. Kemudian datanglah seorang calo.
Calo : mau mas pakai safari?
Saya : safari darma raya?
Calo : iya
Saya : boleh deh
Kemudian saya mulai mengikuti calo tersebut ke loket yang dia tunjukan. Mbak yang jaga tiket memberikan pilihan mau yang eksekutif 185k atau ekonomi 95k. Saya lihat di loket tersebut dan memang ada tulisan Magelang dan Jogja. Sehingga saya mengiyakan saja saat mbak penjaga meminta uang. Kemudian saya lihat lagi loketnya lo kok safari bukan safari darma raya. Saya pun berniat membatalkan pembayaran tersebut tapi mbaknya marah dan mengatakan kami tidak menghargai dia.
Dengan berat hati saya bayar dan kami disuruh menunggu di loket bagian belakang. Penumpang bus lain mulai meninggalkan ruang tunggu dan kami mulai resah. Dan kami pun bertemu dengan beberapa penumpang lain yang juga memegang tiket safari. Mereka membayar beragam mulai dari 150 k samapai 185k.
Alangkah terkejutnya kami saat kami lihat tiket kami bukan bertulis bus safari tetapi Antar Jaya. Saya pun iseng browsing tentang bus AJ dan mengejutkan ada orang yang cerita tentang calo yang memaksa membeli tiket padahal bukan tujuannya. Kami lalu menanyakan status bus kami ini. Mbak penjaga bilang “kalau kalian mau safari ya 185k tapi kalau cuma 95k ya antar jaya. Heeeeeeeeeee???kami pun terkejut mendengar penjelasan mbaknya. Apa-apaan ini tadinya dibilang safari ada yang 95k. Kami diminta nambah kalau mau ganti safari tetapi kami menolak. Masih berpikir positif karena di loketnya tertulis Jogja jadi ya masih relatif mudah ke Magelang.
Kami bergegas mencari bus yang dimaksud. Dan wowow bus yang ada tidak seperti bus yang kami biasa naiki kalau akan mudik. Banyak sampah dan kursi yang sudah jelek. Kemudian kami bertanya pada penumpang yang ada disitu. Ternyata bus itu bus tujuan solo dan Jawa Timur. Kami Cuma bengong bagaimana mau mudik kalau bukan bus tujuan kami. Pilihan kami Cuma tetap naik dan turun di Semarang kemudian nyambung bus ke Jogja. Ya kalo kami tidak ketiduran,kalau ketiduran bisa kebawa ke Jatim.Tetapi secerah angin datang dari kejauhan kelihatan bus Sumber Alam yang biasa teman asal jogja saya naiki. Kami pun berunding untuk meninggalkan bus AJ untuk ganti SA padahal kami sudah membayar 190k untuk bus ini. Dengan berat hati kami merelakan uang 190k kami melayang.
Jika kalian berpkir ini sudah berakhir maka kalian salah. Petualangan yang sebenarnya baru dimulai. Perjalanan yang panjang dan melelahkan karena terjadi pengalihan arus di jalur selatan karena jembatan ambrol. Apalagi busnya berjalan sangat pelan dan ditambah berulang kali mampir atau berhenti di peristirahatan. Jam 6 pagi baru sampai di Banyumas ,oh isyarat yang buruk dan ternyata benar. Belum sampai di Wates malah kebanan,hadeww benar-benar ekstra sabar. Saya benar-benar sampai di Gamping Jogja jam 11 siang dan masih harus naik bus (lagi) menuju Magelang Gemilang. Sampai di rumah tercinta jam 12 siang. Waaaaaaa sungguh perjalanan yang sangat panajang dan melelahkan. Namun rasa capek yang hinggap segera hilang saat bertemu dengan keluarga tercinta.
Rabu, 18 Mei 2011
*pesan:
jika teman-teman ingin mudik rencanakanlah dengan baik atau akan mengalami hal konyol seperti yang saya alami ini. Buat bapak calo semoga Alloh SWT membukakan pintu rezeki lain yang lebih barokah daripada sekedar memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan orang lain.