Kelenger Makan Bakso Beranak

Bagi para pecinta bakso, ada tempat makan bakso yang cukup menjadi perhatian netizen belakangan ini khususnya warga sekitar Bogor. Bertempat di daerah Rancamaya Bogor, bakso ini bernama Big Bakso Family tetapi lebih dikenal dengan nama Bakso Beranak. Kenapa namanya demikian? Karena bakso yang ditawarkan di tempat bakso ini unik yaitu ukurannya besar dan ketika dibelah, baksonya juga berisi bakso lainnya.

Bikin penasaran bukan?

Ada beberapa jenis isian bakso yang tersedia yaitu bakso tahu, bakso urat kecil, bakso sosis, dan bakso telur. Varian menu yang bisa dipilh juga lumayan variatif. Ada bakso isi tiga, bakso isi enam, bakso seharga seratus ribu juga ada. Kalau mau yang biasa bisa pesan bakso biasa atau mie ayam bakso.

Karena penasaran dengan bakso ini, saya pun menyempatkan diri kesana. Dari stasiun Bogor saya naik angkot dua kali. Pertama naik no 02 menuju Bogot Trade Mall (BTM) lalu nyambung dengan angkot no 04 tujuan Rancamaya Bogor. Perjalan menuju kesana sekitar setengah jam dan saya sampai di depan warung bakso ini.

Ketika saya datang, antriannya masih sedang. Hanya ada tiga orang di depan saya, tapi begitu saya pas makan, antriannya berikutnya banyak banget. Jadinya semua pengunjung yang belum kebagian tempat duduk mesti antri tempat buat makan. Pengunjung dibagiin kartu nomor antrian lalu mas mas yang ngelayani akan manggil sesuai urutan nomor, ditanyain mau pesan apa dan duduk di sebelah mana. Nanti bakso akan diantar ke tempat yang kita tunjukan.

1487143482016

Untuk menghabiskan bakso isi enam seharga Rp30.000 ini butuh waktu cukup lama mengingat ukurannya memang besar. Dengan catatan itu dimakan sendiri kalau berdua kayaknya lebih pas mengingat ukurannya yang super we ow we. Saya sampai menyerah untuk menghabiskan seporsi bakso super itu.

Nah kalau tertarik mencoba, tak ada salahnya untuk kesana sekalian nyari udara seger dan sejuk.

Salam

***

Harga yang mesti dibayar kalau mau ke Bakso Beranak naik KRL dan angkot.

Kereta ke Bogor PP Rp7.000

Angkot ke BTM PP Rp8.000

Angkot ke Rancamaya PP Rp12.000

Bakso Rp30.000

Total Rp57.000 (bisa lebih murah kalau baksonya seporsi berdua)

Iklan

Weekend Escape : Mengunjungi Suaka Elang dan Curug Cibadak

Assalamualaikum

Hola bray gimana kalian sehat?

Yang kerja sudah pada gajian? Yang masih kuliah sudah dapat kiriman dari orang tua? Sudahhhhhh.

Nah kalau sudah mari sini sini ngumpul, gua mau cerita.

Minggu lalu, teman-teman gua Para Pencari Curug (PPC) pada ngajakin ke curug lagi. Gua sudah excited tingkat dewa, eh pas gua tanya malam menjelang hari H acara batal karena beberapa teman gua lagi sakit.

Plan A batal dan untungnya sehari sebelumnya, Reni juga ngajakin gua ke Bogor ke daerah Suaka Elang Loji di kecamatan Cigombong, Bogor. Gua hubungi Reni dan hasilnya kita jadi kesana setelah calling-calling beberapa teman buat ikutan.

Pagi sekitar jam tujuh gua jemput teman gua –Risti- yang kosannya masih deketan sama kosan gua, terus kita langsung menuju ke stasiun Kalibata. Ga berapa lama Reni dan Grace datang juga, kita langsung ikutan KRL yang menuju Bogor. Nah di Bogor, temannya Reni datang jadi kita fix berlima untung trip weekend kali ini.

Sebelum berangkat, seperti biasa kita nyari sarapan di deket Jembatan Merah. Kita semua milih sarapan bubur. Lagi enak enak makan dan hujan pun turun. Sempet pada ragu apakah akan lanjut atau tidak. Yah namanya aja kota hujan, bukanlah hal aneh kalau hujan jadi kita mantap tetap lanjut nyari angkot buat dicarter. Ga sulit nyari angkot karena di Bogor ini sudah kayak jamur di musim hujan, buanyakkkkk.

Kita dapat satu angkot, tawar-menawar sampai deal Rp500.000 buat PP seharian. Biasanya sih sekitar Rp400k tapi karena suaka loji ini emang agak jauh, dekat ke Sukabumi jadi sepertinya wajar kalau agak mahalan. Abang sopirnya jemput temannya buat ganti shift, etdah baru ngerti gua kalau sopir angkot itu ada shift segala. Nah sopir pengganti juga ngajak sopir lainnya. Lah kok jadi sopirnya ganti ganti gini?

Oke lupakan soal sopir yang penting kita berangkat.

Mungkin karena pagi itu hujan jadi jalanan agak macet.

Beberapa jam kemudian gua cek di maps karena kok angkotnya udah masuk jalan raya Sukabumi. Ternyata kita kelewat. Mesti muter lagi sambil nanya nanya penduduk sekitar. Sekitar jam 12 lebih kita baru nyampe di SD tempat parkir untuk yang bawa mobil, untuk parkir motor masih bisa lanjut nanti parkirnya di bagian bawah.

Karena masih hujan ringan kita makan cilok. Dan ternyata disitu juga banyak rombongan dari Backpacker Jakarta yang sedang mau camping di Loji juga.

Drama Sandal

Begitulah gua sebut, sudah tahu mau trekking ke curug kokya Reni sama Grace pada pakai sepatu ala ngemall sehingga temannya itu mesti nyari sandal jepit di warung. Lucunya nih dianya juga pakai sandal selop dan ga ikutan beli sandal jepit. Baru nanti pas dia atas kerepotan karena sandalnya copot.

Dari SD itu kita mulai trekking, kalau hanya untuk sampai area camping/ suaka elang cuma paling 20 menit sudah nyampai. Nah begitu nyampai area camping kita salah baca plang “AREA CAMPING SUAKA ELANG”. Jadi kita membacanya penunjuk itu mengarahkan ke AREA CAMPING dan SUAKA ELANG. Ternyata suaka elangnya itu di bawah, sudah kelewat.

Akibat salah baca itu, kita tetep naik ke arah curug Cibadak karena beranggapan kalau Suaka Elangnya ada di atas.

“Pak kalau dari sini naik kira-kira berapa lama?” gua nanya penjaga tiket masuk.

“Paling cuma setengah jam aja kok” kata yang jaga.

Ada satu hal yang kami tidak teliti, setengah jam tentulah bagi dia yang sudah seperti rumahnya sendiri. Bagi kami, hampir sejam lebih untuk sampai curug karena jalan yang tanjakannya lumayan curam. Di beberapa tanjakan mungkin nyampai 45^.

Penampakan curug Cibadak agak beda dengan curug lainnya karena air nya tidak terjun melainkan mengalir di dinding tebing, mungkin setinggi 30 meteran. Pas kita nyampai sih pengunjung dikit tapi habis itu berdatangan segrup bocah bocah seumuran belasan tahun yang memenuhi hampir semua spot curug. Akhirnya kami memilih turun. Di area camping kami foto foto bentar terus langsung keluar area camping.

Nah pas di tengah jalan kami berpapasan dengan rombongan lain. Dia lagi cerita ke rombongan lainnya kalau di pertigaan dari jalan di depan kita itulah Suaka Elang.

Daebak, kebetulan banget kan. Kami nyari nyari ga nemu eh ternyata disitulah dia. Mampirlah kami ke area penangkaran elang. Di kandang elang itu hanya ada 2 ekor elang. Oh iya penangkaran elang ini merupakan tempat penyesuaian diri elang sebelum dilepas kembali ke alam.

Tak lama kami disitu, langsung turun kembali ke tempat parkir angkot dan kita kembali ke Bogor.

Kita minta didrop aja ke jalan Surya Kencana buat makan malam. Nyari soto Bogor ga dapat dapat, antara karena ada yang jualannya campur babi atau ada yang antriannya panjang banget. Akhirnya kita milih soto di kayak rumah makan gitu yang didepan tokonya juga jualan soto tapi kita milih yang di dalam, keputusan yang kami sesali karena nunggunya luama dan rasanya kayak air hambar. Sudah gitu sotonya dihargai Rp30.000 per porsi, kita sumpahin ga laku tu toko, gila aja harga segitu hanya untuk soto yang rasanya ga jelas.

Karena kesel dengan makan soto, kita akhirnya mampir ke café Cyrano buat makan lagi.

Setelah itu kita manggil grab untuk ngantar ke stasiun dan kami pun balik ke Jakarta.

Weekend Escape : Mengunjungi Pura Parahyangan Agung Jagatkarta Bogor

Di suatu weekend yang random, terbersit dipikiranku untuk sekedar jalan ke Bogor. Kok Bogor lagi, Bogor lagi Cup?mau bagimana lagi bagi warga Jakarta baik asli atau kawe kayak aku untuk mencari udara yang lebih enakan, lebih seger dan lebih sehat karena mungkin kadar oksigennya lebih tinggi ke Bogor merupalan pilihan pilihan paling mudah dan murah. Pokoknya weekend ini aku pengen bepergian ga masalah kemana yang penting ga cuma ngliatin langit-langit kosan

*halah

Lalu aku pun teringat, sebuah keinginan lama yang sempet pengen kudatangi yaitu pura di Bogor. Ga salah ada pura di Bogor? Ga kok emang benaran ada bahkan pura ini dikenal sebagai pura terbesar kedua di Indonesia. Yang terbesar seIndonesia tentulah Besakih yang ada di Bali itu ya secara memang pemeluk agama Hindu mayoritas ada di sana.

Pura Parahyangan Agung Jagatkarta yang artinya alam dewata suci sempurna (sumber :wikipedia) adalah nama pura ini. Dari namanya yang terdengar megah dan “kraton” banget inilah yang membuatku penasaran pengen lihat.

Jadi kok bisa ada pura disitu?

Mari ingat pelajaran sejarah sejenak. Konon di Jawa Barat pernah ada kerajaan Pajajaran yang pernah dipimpin oleh prabu Siliwangi. Nah prabu Siliwangi inilah yang dianggap sebagai cikal bakal banyaknya pemeluk agama Hindu di sekitar Bogor. Kemudian masyarakat Hindu Nusantara berinisiatif mendirikan pura ini sebagai bentuk penghormatan pada prabu siliwangi serta tentu untuk ibadah (wikipedia).

Sama halnya dengan di sekitar Magelang dimana candi kebanyakan berada di tempat tinggi/ pegunungan, begitu pula dengan pura ini yang terletak di kaki gunung Salak. Itulah mengapa banyak pengunjung tertarik untuk sekedar mampir lihat-lihat kecuali bagi yang memang akan ibadah.

Bagaimana cara kesana?

Dari stasiun Bogor jalan keluar, jalan ke arah jembatan belok ke kiri lalu naik angkot warna hijau no 2 ke arah Bogor Trade Mall (BTM) yang terletak di sebelah Kebun Raya Bogor. Nah dari sini naik angkot yang menuju jalan turun ke arah barat tepat di samping BTM jurusan Ciapus.

Perjalanan kira-kira 45 menit turun di pertigaan plang tulisan menuju pura. Nah dari sini bisa jalan kaki atau juga bisa ngojek, jarak sampai ke pura sekitar 1 km. Kalau ngojek cukup dengan Rp10.000 aja sampai di depan pura.

img_20170102_110850

Suasana st.Bogor yang padat saat weekend

Memasuki depan pura kita akan melihat gapura/gerbang pura yang berdiri dengan kokoh. Bagi pengunjung yang bukan mau ibadah akan dikasih tali untuk diikat di perut sebagai penanda kalau bukan mau ibadah.

Tapi sebagian yang kulihat ga disuruh gitu, mungkin penjaga lelah apalagi mesti memperingatkan para pengunjung agar tidak memasuki pura. Iya memang bagi pengunjung non-ibadah hanya bisa masuk sampai gerbang depan selebihnya hanya bisa lihat dari jauh.

Maklum, sejatinya tempat ini bukan tempat wisata melainkan tempat ibadah jadi kita sebagai pengunjung wajib menghormati mereka dengan tidak membuat keributan dan tidak memaksa masuk ke dalam buat foto, toh sudah bagus kita diijinkan lihat-lihat di depan.

Setelah rasa penasaranku terpenuhi, aku pun segera beranjak meninggalkan tempat itu. Kali ini aku ga mau ngojek, kayaknya lebih enak jalan buat sekedar lihat-lihat pemandangan gunung Salak. Sebelum meninggalkan pura, kita bisa ngasih uang sumbangan seiklasnya pada penjaga tadi dengan langsung naruh di tempat yang telah disediakan

Rupanya naik angkot menuju Bogor tak semulus berangkatnya. Jalanan macet karena habis hujan sehingga perjalanan menjadi lebih lama. Sebelum kembali ke stasiun, kusempatin makan docang di sekitar Jembatan Merah. Lalu aku pun kembali menuju rumah.