Suara takbir bergema di seluruh penjuru kota ini tanda bahwa umat muslim telah memasuki bulan syawal 1441H. Saya tidak menyangka bulan ramadan kali ini akan berlalu begitu saja tanpa ada pernak pernik yang meramaikan ramadan seperti tahun tahun sebelumnya. Semua berlalu dikala kita sedang menghadapi pandemi yang memaksa kita berpikir ulang tujuan tujuan yang ingin kita raih di tahun ini.
Satu yang harus saya relakan, merayakan lebaran tahun ini sendiri di kota ini. ke masjid pun tidak karena hampir semua masjid di sekitar tempat tinggal saya tidak menyelenggarakan solat ied fitri bersama.
Sebenarnya tanda tanda kalau saya tidak akan merayakan idul fitri di kampung halaman sudah terjadi di awal tahun. Biasanya sekitar 6 sampai 3 bulan sebelum lebaran saya sudah memesan tiket karena saya tidak mau nanti jadi panik menjelang lebaran.
Entah mengapa di awal tahun ini saya nyantai saja, kayak mikir “yaudahlah ntar aja toh harga tiket juga sudah mahal”. Lah ternyata beneran kejadian mudik dilarang.

Biasanya kalau lebaran saya sampai nolak nolak kalau disuruh makan, eh lebaran ini malah kebingungan. Pesan makan lewat ojek online ga ada yang ambil, keluar bentar nyari makan pada tutup semua.
Ada rasa nyesek lihat postingan orang orang yang bisa bareng keluarga lebaran bersama. Tapi saya harus iklas demi menjaga keamanan dan kenyamanan keluarga dan tetangga. Semoga pandemi segera berlalu dan kita bisa bersua kembali dengan orang orang terkasih.
Sebelah barat Borneo, Mei 2020
Selamat lebaran mas, maaf lahir batin
Kita senasib sepenanggungan
Nggak bisa mudik mas
SukaSuka
Sama sama mas Jangki, mohon maaf lahir batin juga. *Telat
SukaDisukai oleh 1 orang