Kalau ditanya wishlist jalan-jalan gw yang belum kesampaian sampai saat ini adalah ke Aceh walau sebenarnya tahun lalu sempat mau kesana tapi apa daya kondisi badan ngedrop sampai kerja aja keteteran. Akhirnya gw harus merelakan depe yang udah gw bayar hangus #sedih. Biar bagaimanapun kesehatan adalah no satu, jalan jalan masih bisa nanti nanti lagi.
Gagal di tahun 2017, gw berencana untuk membalas kegagalan gw di awal tahun 2018 ini. Lalu negera api menyerang, tanpa diduga tanpa dinyana ada satu tujuan wisata yang tetiba pengen gw datengi gara gara gw lagi stalking di instagram dan nemu satu daerah yang masih samar-samar kita dengar tapi beberapa kali muncul di scene film film nasional. Yah Sumba.
Dilihat dari segi budget, Sumba hampir sama dengan Aceh tapi Sumba kali ini begitu memikat dengan berbagai pesona alamnya yang luar biasa cantik. Oke Aceh gw berpaling dulu, nanti suatu waktu gw pasti kesana. Tosss.
Btw Sumba berbeda dengan Sumbawa ya gaes. Pokoknya beda pulau, beda provinsi. Sumbawa masuk Nusa Tenggara Barat sedangkan Sumba masuk Nusa Tenggara Timur.
Rencana awal, gw mau kesana berlima dengan 4 orang temen gw tapi mendekati hari H ada kerjaan yang ga bisa ditinggalin oleh dua dari mereka jadinya hanya bertiga saja lah kami kesana. Show must go on dude. *acak acak celengan receh*
Wisata Sumba tidak memberi banyak pilihan untuk kita memilih jenis transportasi atau pilihan mau ngetrip dengan cara kita sendiri atau ngikut tour. Kita gabung tour yang pesertanya hanya kita doang, iya ini namanya sama aja denga privat tour gara gara ga ada peserta lain yang gabung. Di awal sih kata EO nya ada peserta lain yang gabung eh H-1 bilang ga ada kan kampes tuh EO.
Selamat Datang di Tambolaka, Waikabubak
Sebelum cerita panjang lebar ngalor ngidul, gw ngenalin dulu partner gw ke Sumba. Teman teman keluarkan pesona kalian… Mereka adalah…jeng jeng jeng
Waktu berangkat dari Soetta, kami bertiga terpisah terminal karena gw sama mas Hendra naik pesawat yang sama sedangkan Mel naik pesawat sejam lebih awal di teminal sebelah. Barulah di Denpasar kami bertemu karena pesawat lanjutannya sama. Perjalanan Jakarta-Denpasar sih rasanya biasa saja karena gw ngantuk dan ketiduran, nah pesawat lanjutannya ini yang bikin gw keringat dingin karena baru pertama kali gw naik pesawat kecil. Kalau cuaca sedang bagus mungkin gw ga akan keringat dingin, masalahnya cuaca sedang gerimis dan pesawat bahkan sempat delay setengah jam. Duh duh… gw boleh balik aja ga nih?
Selama perjalanan itu, beberapa kali ge refleks pegangan ke kursi karena goncangannya emang bikin gw langsung jiper dan komat kamit baca doa yang gw bisa.
Sampai di bandara Tambolaka, Sumba Barat pun masih dalam keadaan hujan gerimis. Gw harap harap cemas kalau cuaca gerimis ini akan menyambut kami selama 5 hari disini. Semoga saja tidak.

Sampai di Bandara Tambolaka, Sumba Barat, Sumba
Di bandara guide kami- bang Samad- telah menunggu, dia menyambut kami dan mengantar kami ke hotel.
Tak lama kami singgah di hotel, bang Samad mengantar kami ke spot pertama yaitu pantai Kita. Bisa dibilang waktu kami kesana, pantai ini beneran pantai milik kita karena hanya kami yang ada disitu waktu itu, mungkin karena ini hari kerja jadi kami serasa menikmati pantai milik pribadi.
Awal awal kami, atau tepatnya gw dan Mel sangat excited dipantai ini tapi lama lama mati gaya juga mungkin karena ga ada pedagang minuman kali ya secara pantainya panas dan berangin cukup kencang.
Bang Samad lantas membawa kami ke spot berikutnya, kali ini kami ke perbukitan lebih tepatnya Bukit Lendongara, katanya sih bukit ini tempat syuting salah satu film -yang gw lupa film apa yang disebutkan guidenya-. Eh bentar gw ingat ingat dulu, oiya Pendekar Tongkat Emas, pada tahu kan filmnya ? tahu kan? Kagak ya? Toss lah kita.
Oke kita kesampingkan masalah film, kembali ke Bukit Lendongara. Kalau kita pernah lihat buktinya teletubbies, nah kayak bukti teletubbies lah bukti ini dan gw jadi teletubbiesnya. Lagi lagi cuaca tak bersahabat bentar bentar hujan…reda…hujan lagi.
Karena hujan agak lama kami pun balik ke hotel. Di sepanjang perjalanan ternyata banyak warga yang menjajakan Srikaya dengan cara naruh di pinggir jalan. Kita mampir ke salah satu lapak warga dan nyobain Srikaya ala Sumba dan ternyata sebelas dua belas dengan Srikaya di Jawa hahahaha.
Tadi kami berencana mau eksplor Waikabubak waktu malam eh tahunya sepi sesepinya yaudah akhirnya kami minta guide nganterin nyari makan terus balik tidur ke hotel.
Bersambung ke bagian selanjutnya…