Istana Pagaruyung dan Festival Balapan Kuda Batusangkar

Sebelumnya…

Bus melaju dengan kecepatan perlahan karena jalan menuju Batusangkar memang cenderung sempit sehingga tidak memungkinkan memacu kecepatan penuh. Sepanjang pemandangan di kanan dan kiri terlihat perbukitan dengan dominasi pohon pohon yang meranggas karena musim kemarau.

maaf kalau mau ke hotel Yoherma apa masih jauh” saya bertanya ke orang di sebelah saya.

“hmmm, saya ga tahu”

itu di dekat lampu merah nanti” mbak di depan saya menyahut.

Ternyata lampu merah yang dikatakan mbak itu merupakan satu satunya lampu merah yang dilewati sepanjang perjalanan dari Payakumbuh ke Batusangkar. Bus kebetulan juga berhenti terakhirnya di perempatan setelah lampu merah tersebut. Sebagaian penumpang langsung melanjutkan perjalanan dengan ojek. Saya mencoba mencari letak hotel Yoherma tapi tidak kelihatan juga. Dari seorang pemuda saya baru tahu kalau letak hotel itu agak kelewat sebelum lampu merah jadi mesti jalan balik arah.

Sebenarnya saya pingin nyari hotel yang murah meriah tapi setelah saya cari sana sini di internet ga nemu juga penginapan dengan tarif di bawah Rp100.000 di Batusangkar. Di hotel Yoherma ini paling murah Rp145.000, kebetulan sedang penuh sehingga saya hanya dapat yang semalam Rp190.000 dengan fasilitas dua bed tempat tidur, kamar mandi dalam, kipas angin, TV, welcome drink serta sarapan. Jadi kesimpulannya, lebih murah kalau jalannya sama pasangan :p. eh ga juga ya kan pasangan juga kita juga yang bayar.

Malam hari setelah isya saya keluar hotel untuk sekedar melihat suasana malam di Batusangkar. Saya berjalan sampai ke sebuah pasar raya yang cukup ramai di malam itu. Untuk makan malam saya memilih sate Madura. Enaknya sate ini karena pakai bawang goreng yang cukup banyak. Tapi rasanya ada yang kurang. Minum. Saya pingin minum jus karena rasanya saya dehidrasi dan panas dalam. Di dekat perempatan hotel ada warung jualan jus. Uda yang jaga warung jus ngasih tahu saya kalau di Batusangkar sedang ada pacuan kuda selama dua hari. Menarik juga sih. Tapi saya mesti ke Sawahlunto esok siang, gimana dong?

“Yudisium dimajuin hari Kamis”

Jederrrrrr. Chat dari teman saya ini membuat saya agak waswas. Bagaimana tidak, hari Senin saya masih di Batusangkar, Kamis yudisium dan masih ada 3 kota lagi yang ingin saya datangi.

Saya memutuskan tetap ke Sawahlunto  dulu, Solok skip baru langsung balik ke Padang. Begitu rencana saya.

Esok harinya saya check out dari hotel langsung nyari ojek untuk ke Istana Pagaruyung. Jarak dari depan hotel ke isatana Pagaruyung dekat. Ga nyampe 10 menit naik ojek. Rupanya hari itu saya adalah pengunjung pertama. Spot pertama yang saya jelajahi adalah bagian belakang area istana. Tidak banyak informasi yang bisa saya dapat karena memang minim papan petunjuk ataupun papan penjelas, lantas saya baru mulai masuk ke Istana Pagaruyung.

Jpeg

Istana Pagaruyung terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama merupakan tempat singgasana raja sebagaimana umumnya istana. Lantai kedua merupakan kamar untuk putri dan lantai ketiga merupakan tempat menyimpan pusaka raja. Pengunjung diperbolehkan untuk mengunjungi ketiga lantai. Fyi istana Pagaruyung yang sekarang merupakan replikasi istana yang dulunya telah terbakar.

Jpeg

Saya sih sedikit heran, untuk ukuran istana walaupun ukurannya besar tapi bisa dikatakan kecil juga secara lantai 2 dan 3 ruangannya sempit, lantai 1 paling hanya hanya berisi kamar dan ruang terbuka sebagaimana rumah Gadang pada umumnya. Yang kemudian jadi pertanyaan saya adalah “dimana kamar mandi raja/ratu?” atau “dimana raja dulu kongkou membahas ekonomi kerajaan” dan sederet pertanyaan lainnya. Sayangnya tidak ada leflet yang disediakan untuk pengunjung. Ada sih layar seperti layar PC komputer yang berisi tentang informasi pariwisata Batusangkar termasuk Pagaruyung. Saya butuh guide sir! *bergaya padahal ga ada duit buat bayar*

Setelah saya rasa cukup melihat istana Pagaruyung, saya lantas melanjutkan perjalanan saya. Sebelum pergi saya menyempatkan makan pagi menjelang siang di warung ampera depan istana Pagaruyung persis.

Menurut si ibu pemilik ampera jika saya mau ke Sawahlunto maka saya tinggal naik ojek ke pertigaan jalan yang menuju Sawahlunto, tidak perlu balik ke kota. Saya manut saja dengan kata si ibu naik ke ojek ke tempat yang dimaksud.

Sampai di pertigaan itu saya mulai menunggu bus yang ke Sawahlunto. Anehnya orang berbondong-bondong menuju ke Batusangkar. Ada apa gerangan? Oh I see. Balapan kuda yang dibilang penjual jus. Jangan-jangan mereka kesana ya?

Lama juga saya menunggu bus datang tapi bus yang datang malah yang arah ke Batusangkar. Kesel juga lama-lama. Dengan pertimbangan waktu dan Kamis saya harus  mengikuti yudisium, akhirnya saya memutuskan melihat balapan kuda saja terus langsung lanjut ke Padang.

Saya panggil salah satu ojek yang lewat untuk mengantar saya ke tempat balapan kuda dan ternyata dekat banget dengan tempat saya menunggu tadi. Wuih rame bener ternyata tempat balapannya. Pantes saja ga ada bus ke Batusangkar. Ribuan orang berbodong-bondong kemari untuk melihat festival tahunan balapan kuda Batusangkar. Ga rugilah saya merelakan ga jadi ke Sawahlunto dan Solok.

Untuk menonton balapan kuda bisa dengan dua cara. Pertama beli tiket untuk duduk di pinggir sirkuit ala ala nonton F1 atau kedua menonton dari tengah lapangan. Karena pengen nonton F1 ga mampu duitnya jadilah saya milih opsi pertama biar ada suasana seperti F1 :p.

Jpeg

Menariknya di balapan ini, pedagang kelilingnya banyak banget. Dari pedagang minuman, gorengan, kacang rebus, mainan anak, dan yang paling membuat saya heran adapula pedagang yang jualan hanger baju dibawa keliling tempat nonton balapan.

Jpeg

Tribun penonton

Penonton di sebelah saya adalah seorang bapak dan anaknya yang berumur 10 tahun. Si bapak ini pernah berdagang di Jawa Tengah. Jadilah saya banyak cerita segala hal tentang saya dan pengalaman dia waktu masih di Jawa.

Sebenarnya saya pengen melihat sampai akhir balapan ini. Akan tetapi, saya mesti bergegas untuk menuju Padang, kota terakhir yang akan saya kunjungi.

I am in love with Batusangkar.

Berikutnya…

Iklan

3 thoughts on “Istana Pagaruyung dan Festival Balapan Kuda Batusangkar

  1. Ping balik: Padang : Pantai Air Manis, Teluk Bayur dan Saya | Kubikel Yusuf

  2. Ping balik: Menikmati Pesona (Asap) Lembah Harau dan Kelok 9 Payakumbuh – Kubikel Yusuf

Pengunjung yang baik meninggalkan jejak berupa komentar :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s