Perjalanan dari Padang Panjang ke Bukittinggi hanya sebentar, palingan satu jam saja dengan ongkos Rp8.000. Dari hasil nanya nanya lagi ke orang saya turun di suatu pertigaan yang kemudian nyambung angkot warna merah dengan nomor 14 sampai di sebelah Jam Gadang tepat.
Rasanya senang dan terjawab sudah keinginan saya melihat Jam Gadang yang katanya ada angka Romawi IIII. Dan ternyata emang bener jam 4 di jam Gadang di tulis IIII bukan IV, salah satu kesalahan pembuat yang akhirnya jadi hal unik tersendiri. Waktu di PDIKM, saya melihat salah satu foto yang menunjukkan bahwa puncak Jam Gadang di masa lalu tidaklah berbentuk seperti rumah Minang seperti yang sekarang.
Setelah cukup melihat-lihat suasana Jam Gadang waktu sore hari saya memutuskan ke penginapan yang sudah saya booking sebelumnya yaitu hotel Murni di jalan Ahmad Yani. Jalan ini biasa dikenal sebagai pecinannya Bukittinggi.
“bang saya mau check in, kemarin saya sudah booking”
“atas nama siapa? Kok ga ada di bookingan” jawab uda yang jaga sambil ngecek buku primbon eh buku tamu.
“atas nama Yusuf bang, saya sudah booking bang. Kemaren malam saya telpon dan sudah booking”
“ga ada, booking sama siapa?” jawab si uda.
“saya lupa ga nanya nama yang jawab”.
Lah emang pernah ya kita booking ke hotel nanyain nama orang yang jaga. Sumpah muka si uda ini nyebelin banget dengan muka songongnya itu. Saya kan mau pakai jasa hotelnya, lah dia malah kayak marah ke pengamen yang datang ke hotelnya itu.
“yaudah intinya ada kamar kosong ga bang”
“ ada…” jawab si uda.
Lah kan kamvret juga kalau gini. Akhirnya saya jadi check in padahal di sebelahnya juga banyak hotel berjejer. Yang lebih biking saya shock adalah tamu lain yang menginap di hotel itu ada yang kayak preman dengan tato banyak sekali. Waktu saya mencoba menyapa dia diam saja.
Tamu yang lain orang Indian gitu dan pas habis magrib sampai malam tamu Indian ini nyetel lagu Bollywood dari Radio ntah mp3 dengan suara keras. Alamak hotel macam ini. Lagian apa yang diharapkan dari Hotel yang kamarnya cuma Rp50.000 per malam. Yang penting bisa buat tidur, cukup. Satu hal aneh lagi di hotel ini, di kamar ga ada colokan buat ngecharge handphone. Adanya di ruang tengah, ngrepotin aja sih kalau mau ngecharge mesti ditungguin.
Setelah isya, pencarian nasi kapau saya mulai. Di sepanjang jalan Ahmad Yani sampai dengan Jam Gadang sebenarnya adalah pusat kuliner. Mau makan nasi kapau tingkat warteg sampai restoran juga ada, mau makan yang modern seperti fastfood juga ada. Lengkap.
Nasi kapau pertama yang saya coba adalah nasi kapau sederhana yang ada di pertigaan jalan Ahmad Yani. Saya cuma penasaran ingin mencari gulai kepala ikan. Untungnya masih ada kepala ikan Patin. Enak, murah dan kenyang. Kemudian saya jalan ke area Jam Gadang mau lihat gimana suasana kalau malam. Ternyata ramai banget. Tak lama saya ingin melihat-lihat yang namanya Pasar Bawah. (belakangan baru tahu kalau Pasar Bawah sekitar 1 km dari situ). Saya mengikuti tangga ke bawah di luar area Jam Gadang. Di dekat situ saya lihat ada rumah sanggar tari yang sedang berlatih memainkan alat musik.
“ mau nonton tari tarian Minang? Nanti ada pertunjukan jam 9 malam, kebetulan ada sebus turis Malaysia yang mau nonton juga” uni yang jaga di depan pintu bertanya ke saya.
“wah boleh mbak, ada tiketnya ga mbak?”
“ ada, Rp70.000 saja”.
Glekkk, kirain gratisan haha. Mahal juga harga segitu tapi namanya sudah sampai disini rasanya sayang untuk dilewatkan.
Nama tempat itu “Sanggar Seni Saayun Salangkah”. Karena pertunjukannya bagus nanti saya ceritakan dalam pos terpisah. (Baca Menonton Seni Tari-Tarian Minangkabau di Sanggar Seni Saayun Salangkah Bukittinggi )
Setelah pertunjukan selesai baru saya balik ke penginapan.
***
Hari berikutnya saya bangun pagi sekali karena kedinginan. Gile ya Bukittingi ternyata dingin dan hotel Murni ga ada fasilitas selimut. Jadilah saya geglundungan karena kedinginan dari pagi buta sampai agak terang di luar.
Tujuan pertama saya jalan pagi itu adalah ingin ke Kebun Binatang Bukittinggi. Kebun Binatang ini letaknya ada di atas bukit. Di seberangnya ada benteng Fort de Kock. Keduanya dihubungkan dengan jembatan Limpapeh. Dari penginapan saya menyusuri jalan Ahmad Yani sampai di bawah jembatan Limpapeh dan bingung gimana cara naik ke atas dari situ. Untungnya di sebelah jembatan Limpapeh ada warung Bubur Ayam dan Mie. Yaudah saya sarapan sekalian mau nanya cara ke atas. Bubur ayam di warung ini enak banget dan sangat recommended untuk dicoba kalau lagi di Bukittinggi.
Dari tukang parkir warung Mie ayam dan Bubur itu saya baru tahu kalau mau naik ke kebun Binatang kita bisa naik tangga dari pertigaan ujung jalan Ahmad Yani tempat semalam saya makan nasi kapau. Setelah melewati tangga belok ke ke kiri maka nampaklah gerbang masuk ke Kebun Binatang Bukittinggi. Tiket masuk kesini Rp10.000 sudah include ke benteng Fort de Kock.
Tidak lama saya menyusuri kebun bintang Bukittinggi karena koleksinya yang sedikit dan suasananya memang cenderung kurang nyaman karena kering. Bagian yang lumayan menarik paling rumah Bagonjong (rumah ala Minang) mirip seperti di PDIKM Padang Panjang. Bagi yang mau sewa kostum ala Minangkabau juga ada disitu.
Saya segera beralih ke jembatan Limpapeh. Dari sini kita dapat lihat pemandangan jalan Ahmad Yani dilihat dari atas. Lantas berlanjut ke benteng Fort de Kock. Seperti yang banyak diceritakan orang-orang benteng ini kecil dan bisa dikatakan seperti menara kecil. Saya mencoba naik ke puncak menara yang paling tingginya ga nyampai 5 meteran. Setelah puas foto-foto disitu saya beranjak ke tujuan berikutnya yaitu Goa Jepang Bukittinggi.
Ping balik: Mengunjungi Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau, Padang Panjang, Sumbar | Kubikel Yusuf
Ping balik: Bukittinggi Nan Menggoda Untuk Dikunjungi Part 2 | Kubikel Yusuf
id learn to speak bahasa soon :-0 hmmp
SukaDisukai oleh 1 orang
Hello jib, thanks you have visited my page. May i know where are you living?
SukaSuka
Ping balik: Menonton Seni Tari-Tarian Minangkabau di Sanggar Seni Saayun Salangkah Bukittinggi | ayopergi
Ih, kok aneh ya udah booking tapi gak dicatat sama petugasnya 😦
SukaSuka
Iya, kayak ga profesional gitu. Tapi murah sih cuma 50k doang bang jadi bisa dimaafkan haha
SukaDisukai oleh 1 orang