Sengaja saya malam ke Semarang karena saya prefer menginap di Semarang daripada di Cirebon. Setidaknya itu hasil simpulan saya setelah googling tentang penginapan di Cirebon yang tidak menghasilkan rekomendasi penginapan murah tapi tidak murahan. Alhasil setelah nyari nyari di Traveloka ketemulah penginapan yang murah dan strategis di Semarang yaitu Imam Bonjol Hostel.
Begitu sampai di stasiun Semarang Tawang, saya langsung bergegas mencari ojek karena sudah tengah malam pukul 23.00. Untungnya siang sebelumnya saya sudah telepon ke penginapan itu kalau akan check in tengah malam sehingga proses check in lancar dan langsung istirahat.
Tujuan pertama saya hari berikutnya adalah ke Masjid Agung Jawa Tengah. Maklum yes kalau sisi kerohisan saya lagi muncul ya begini jadinya, trip syariah. Apalagi jalan-jalan kali ini dalam rangka syukuran setelah kelar skripsi.
Untuk menuju kesana saya jalan dari penginapan di jalan Imam Bonjol ke jalan Pemuda depan kantor DPRD karena dari situlah saya naik Bus Rapid Transit (BRT) Semarang. Setelah bertanya sana sini saya dikasih tahu mesti turun di halte depan carefour. Oiya minusnya BRT di Semarang ini selain masih pakai tiket kertas seperti Busway dulu, halte-halte pemberhentiannya juga banyak yang ga ada papan namanya. Pun dengan pemberitahuan dari kondektur bus yang kadang beda nama antara nama halte dan daerah halte.
Alhasil saya kebablasan lagi sekitar 3km-an. Jadinya balik arah naik angkot warna kuning entah jurusan mana, yang penting jurusannya searah dengan maksud saya. Kemudian saya turun di depan carefour persis seperti yang dikatakan orang yang saya tanya di halte pertama. Ah kucing emang.
Di pertigaaan arah ke masjid Agung Jawa Tengah, saya nunggu angkot tapi ga lewat lewat juga. Dan insting lapar membawa saya ke Warung Soto Pak Min cabang Klaten di dekat situ. Karena hari sebelumnya saya juga ndak makan malam jadilah saya kalap makan dua mangkuk soto dan aneka pelengkapnya.
“pak disini angkot kalau ke masjid Agung ada pak” saya nanya ke tukang parkir warung soto itu.
“walah mas, ada tapi jarang banget lewatnya”.
Saya mlipir. Mencoba tetep kekeuh mencari angkot. Nungguin 15 menitan tetep ga ada angkot juga. Akhirnya saya manggil taksi yang lewat dan ternyata jarak ke masjid Agung dekat dari situ. Ga ada 10 menit naik taksi. Sudah gitu argonya juga belum nyentuh Rp10.000. Tahu gitu kan dari tadi saja. #ngok
Masjid Agung Jawa Tengah terdiri dari beberapa bagian. Ada masjidnya (ya pasti lah kalau ini), ada menara Asmaul Husna yang di lantai 2 dan 3 berisi gallery perkembangan islam di nusantara (tapi saya ga lihat karena baru tahu setelah pulang dari sana), ada gedung untuk acara dan ada pula gedung untuk beli oleh-oleh.
Siang itu pengunjung tidak terlalu banyak. Kata yang jaga lift menara, biasanya banyak pengunjung di malam Minggu dan Minggunya. Untuk memasuki masjid tidak dipungut biaya. Beda jika kita ingin naik ke menara, ada biaya yang dikenakan.
Setelah puas melihat-lihat area masjid Agung, saya berniat ke Kuil Sam Pho Kong. Tapi dari situ lumayan jauh juga. Caranya tinggal naik angkot arah sebaliknya dari berangkat dan dilanjut dengan naik BRT arah ke Balai Kota dan transit arah ke Ungaran sampai di depan RS Karyadi. Dari situ saya naik angkot lagi. Turun di pertigaan sebelah sungai besar. Nah dari situ jalan kaki sekitar 300 meter sampai di kuil Sam Pho Kong.
Tiket masuk ke kuil murah hanya Rp3.000 tapi hanya bisa di bagian luar kuilnya. Kalau mau lebih dekat mesti bayar lagi Rp20.000.
Setelah puas dari kuil saya balik lagi ke penginapan setelah makan siang di warung dekat situ. Sore itu saya hanya ingin tidak-melakukan-sesuatu. Bahkan habis magrib saya tidur sampai pagi karena di hostel ga ada TV di kamar. *ngebo banget*. Entahlah bahkan yang tadinya saya ingin kulineran juga lupa. “besok masih bisalah” lalu saya jalan jalan di alam mimpi.
Ping balik: Ngapain Aja di Semarang Dua Hari Part 2 | Kubikel Yusuf
Ping balik: 10 Jam Menyambangi Cirebon | Kubikel Yusuf