Suatu waktu saya nonton film Thailand yang judulnya Seven Something. Film ini menceritakan tentang tingkah laku orang saat berusia 17, 27 dan 37 tahun. Bagian scene ketiga film ini menceritakan tentang seorang wanita yang suaminya sudah meninggal. Dia merasa tidak ada semangat untuk hidup. kemudian bertemu orang baru yang mengajaknya menaklukkan lari marathonnya. Dari situ si pemainnya itu dapat semangat baru untuk hidup.
Sebenarnya saya cuma mau bilang bahwa menaklukkan hal baru itu sangat menyenangkan. Kalau soal lari sebenarnya saya lumayan suka cuma ya sebatas lari keliling kampus itu pun paling seminggu dua kali.
Kebetulan tanggal 31 Agustus 2014 ini ada event Independence Day Run 2014 (IDR2014) sebagai lomba lari untuk peringatan hari kemerdekaan yang ke 69.
Lomba ini diadakan oleah Garuda Finisher. Itu, kelompok larinya mas Agus Yudhoyono. Lomba IDR2014 ini dibagi menjadi dua kelas yaitu untuk kelas 8KM dan 17KM. Nah saya ikutan yang 8KM karena ga mungkin saya bisa 17 KM.
Dalam event IDR2014, berikut beberapa catatan saya:
PENDAFTARAN
Pendaftaran relatif mudah dan murah apalagi di hari hari pertama pendaftaran. Cukup daftar didepan laptop casciscus ga sampai 5 menit selesai. Menjelang pertengahan sekitar tanggal 20an pendaftaran jadi sulit. Mungkin karena load pendaftar yang banyak karena gratis plus dapat kaos (saya termasuk). Setelah itu, tinggal cetak formulir hasil daftarnya untuk pengambilan racepark.
PENGAMBILAN RACEPAX
Paket lomba dapat diambil di FX Senayan. Karena bisa titip dan mengingat asas keekonomisan, saya mempercayakan pengambilan paket lomba ini ke teman. Sistemnya oke (kata teman yang ambil), ga nyampai lima menit.
PELAKSANAAN LOMBA
Seneng dah liat pak Beye langsung yang lepas start lombanya (saking senengnya saya foto foto pak Beye sampai ga tahu kalau start udah mulai dan orang sudah pada lari jauh).
Sebenarnya target saya sih harus finish karena sesuai prinsip Garuda Finisher “selesaikan apa yang sudah kita mulai entah berapa lama waktu yang diperlukan”. Kalau dibilang berat ya lumayan lha wong latihannya saja paling saya cuma 3 kiloan sedangkan kenyataannya 8KM. Yang paling ngeselin ada tiga hal :
Pertama, jalanan di water point becek karena banyak yang pada buang minumannya.
Kedua, banyak pelari yang motong jalur dan tidak ada yang panitia yang menegur.
Ketiga, saat pembagian medali.

medali ini seharusnya yang saya dapat cuma karena panitianya ga sigap jadi deh cumi (cuma minjem milik temen)
Bayangkan untuk peserta lari 8Km sebanyak 40 ribu orang, yang bagi medali cuma 2 atau 3 orang. Sangat tidak ideal. Padahal dalam benak saya, begitu finish pelari akan langsung dikalungi medali kayak di film film tentang pelari yang saya tonton. Alhasil, pembagian medali ini jadi sangat ricuh. Ribuan (bahkan mungkin puluhan ribu orang) berdesak desakan di jalur setelah finish berebut medali. Panitia kelihatan sekali tidak mengantisipasi load pelari yang sangat banyak. Selain itu, medali juga masih ada di paketan plastik makin lengkaplah arena bagi bagi medali ala barbar ini.
Mengingat risiko yang tidak sebanding dengan medalinya yang sebenarnya saya pengen banget maka saya memutuskan keluar dari antrian. Apalagi banyak yang pingsan saat itu.
Semoga lain kali panitia lebih aware dengan hal hal kayak gini. Jangan sampai pelari yang beneran finish malah ga dapat medali sedangkan penonton yang ikutan berebut malah dapat.
Note:
Selama di Monas, jalur komunikasi susahnya minta ampun padahal ada sponsor ind*sat. Mau sms, telpon, whatsapp ga bisa-bisa. Kalau kata teman itu disengaja karena prosedur pengamananan RI 1. Maklum deh.