Dari jaman sekolah sampai lulus kuliah saya sudah sering dengar nama Malino. Kayaknya sih ada perjanjian apa gitu jaman dulu sampai yang terbaru setelah kerusuhan di Poso, Sulawesi Tengah, perjanjian damainya juga dilakukan di kota ini. Alasannya? Ya mungkin karena untuk mendinginkan kepala yang sama-sama panas karena cekcok ini itu perlu tempat yang dingin untuk dapat berpikir dengan kepala dingin.
Kalau yang di Jakarta mungkin sudah hafal bin fasih kalau dengar Puncak, nah Malino ini sejenis Puncak-nya untuk orang Makassar. Dingin sudah pasti. Pada Sabtu –Minggu kemarin kebetulan orang-orang di kantor saya pada trip bareng kesana. Niatnya sih ya sekedar ngabur dari Makassar yang lagi panas menggelora.
Hari pertama
Oke namanya trip kan pasti diawali dari berangkatkan ya? Ya kami janjian di kantor di Sudiang Makassar jam 7, ga usah ditanya beneran jam 7 apa ga. You knowlah Indonesian gimana kalau soal janjian saking dimakluminya sampai kalau acara mau dimulai jam 8 ya ngundangnya jam 7. Pokoknya setelah semua ngumpul dan peralatan serta mobil siap kami berangkat menuju meeting point dengan teman-teman yang tidak berangkat lewat kantor yaitu di daerah Aeropala Hestasning (kalau belum tahu ya silahkan googling di maps). Setelah semua gabung kami pun meluncur ke Malino. Perjalanan sekitar 2,5 jam. Kami sampai disana sekitar jam 11.
Nah agenda hari pertama itu adalah outbond. Yeah secara terakhir kali saya outbond itu akhir 2011 jadi antusias bangetlah saya. Untuk pertama kami main Paintball. Berhubung yang mau main ada 18 orang jadi saya ikut tim kedua yang ber-8 karena sekali main aturannya maksimal 10 orang. Selesai paintball kami meluncur ke Flying Fox dan berkuda. Niatnya saya juga pengen naik kuda tapi melihat kudanya yang ukurannya lebih tepat disebut sebagai keledai jadi urung niatnya. Selesai dengan aktifitas outbond kami pun makan gorengan yang sambalnya enak sekali *acungin jempol beneran buat gorengan ini.
Hari kedua
Untuk di hari kedua ini tujuan kami adalah air terjun Takapala. Biasanya di Makassar orang lebih mengenal air tejun Bantimurung. Tapi kalau sudah melihat air terjun Takapala Bantimurung mah ga ada apa-apanya.
Puas dari air terjun niatnya kami ingin ke kebun strawberi tapi karena kebunnya baru ditanam jadi batal. Rencana berubah kami menuju ke waduk Bili-bili di Goa tapi batal karena sesuatu. Dan jadinya kami pulang.
Catatan akhir:
perjalanan ini benar benar bermakna mendalam bagi saya sendiri. kalian teman seperjuanganku sampai juga kita di titik yang berbeda. Terima Kasih untuk semua hal yang telah kita jalani selama ini. Semoga kita selalu sukses di jalan masing-masing.
Barakallah.